Tuesday, September 9, 2014

MA #113: Hukum jual beli istisna (pesanan)

Assalamualaikum.

Ustadz, bagaimana hukum jual beli istisna atau jual beli pesanan?


Akad istishna’ adalah: Akad untuk melakukan suatu perkerjaan dan (membuat) suatu barang tertentu yang masih dalam tanggungan (barang belum ada / jadi).
(Misal, meminta tukang kayu untuk membuatkan almari atau rak, dsb).

Hukum.
Para ulama membolehkan akad tersebut, berdasarkan hadist:

عن أبي حازم عن سهل قال : بعث رسول الله صلى الله عليه و سلم إلى امرأة ( مري غلامك النجار يعمل لي أعواد أجلس عليهن )
Rasulullah pernah mengutus kepada seorang wanita dan berkata kepadanya, ”Perintahkanlah anakmu yang tukang kayu untuk membuatkanku mimbar agar aku bisa duduk diatasnya.” (HR Al-Bukhari)

Dalam hadist tersebut Rasulullah berpesan kepada tukang kayu agar membuatkan untuknya mimbar.

Dalil kedua adalah dalil “istihsan” (bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang baik, yang tidak melanggar syar’i).

Salam / salaf: Transaksi jual beli dengan cara pembayaran di muka dan barang diakhirkan dalam tanggungan (belum ada) dan dalam batas yang telah ditentukan.

Transaksi seperti ini dibolehkan berdasarkan beberapa dalil:

1. Firman Allah Qs. Al-baqarah 282

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian saling berhutang dengan hutang tertentu hingga masa tertentu maka tulislah.”

Ibnu abbas berkata, ”Ini adalah dalil dibolehkannya akad salam,” (karena salam adalah salah satu bentuk hutang piyutang).

2. Hadist Rasulullah.

مَنْ سَلَّفَ فِى تَمْرٍ فَلْيُسْلِفْ فِى كَيْلٍ مَعْلُومٍ ، وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ »
“Barang siapa yang jual beli dengan salam / salaf dalam kurma, maka hendaklah ia bersalam / bersalaf dengan takaran yang jelas / sudah diketahui dan dengan berat yang sudah jelas pula.” (Hr. Al-Bukhari)
Ibnu Mundzir berkata, ”Bahwa ulama sepakat bolehnya akad salaf / salam ini."

Perbedaan antara istishna’ dan salam.

1. Istishna’ merupakan akad untuk melakukan suatu pekerjaan dalam membuat suatu barang, sedangkan salam / salaf adalah akad hutang piutang.

2. Dalam istishna’ pembayarannya boleh ditunda, sedangkan dalam salam harus dibayar dimuka.

(Fatwa Islam Syekh Shalih Munajjid, Liqoo Al-Baabilmaftuh Syekh Utsaimin, Shahih Bukhari, dll).

Salam dalam bahasa kita secara sederhana bisa diartkan dengan pemesanan, sedangkan secara syar'i sebagaimana disebutkan diatas.

Allahualmbishowab.

No comments:

Post a Comment