Tuesday, September 9, 2014

MA #118: Menasihati teman yang bekerja di rentenir

Ustadz, ana punya teman dia bekerja di rentenir. Ana ingin dia berhenti dari pekerjaannya tersebut dan mencari pekerjaan lain. Ana sudah coba menasihati tapi dia bilang karena keadan yang mengharuskan dia bekerja di tempat tersebut. Cari kerja juga susah dan dia punya tanggungan ayah yang sedang sakit dan sudah lanjut usia. Dia juga punya adik yg masih sekolah.
 

Apakah perbuatan tersebut diperbolehkan ustadz? Dan bagaimana cara ana untuk menasihatinya. Jazzakumullah khoir ya ustadz.

Cukup kita sampaikan kepada yang bersangkutan bahwa setiap orang sudah mendapatkan jatah rizkinya masing-masing. Allah berfirman dalam Qs. Hud 6. Qs. Al-anam 151.

Bahwa dalam hadist berikut disebutkan, seseorang tidak akan mati sebelum jatah rizkinya telah habis.

عن جابر بن عبدالله أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال يا أيها الناس إن أحدكم لن يموت حتى يستكمل رزقه فلا تستبطئوا الرزق خذوا ما حل ودعوا ما حرم )أخرجه الحاكم(

"Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah bersabda, ”Wahai manusia, sesungguhnya salah seorang kalian tidak akan mati sebelum rizkinya disempurnakan, maka janganlah menganggap lambat datangnya rizki, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR Al-Hakim dan dishahihkan oleh Syekh Al-Bany).

Dalam hadit diatas kita diperintahkan untuk mencari harta / rizki yang menjadi bagian kita, dengan cara yang halal dan meninggalkan yang haram.

Karena tidak menutup kemungkinan bahwa bagian rizki kita, bisa kita peroleh dengan cara yang haram.

Maka tinggal mana jalan / cara yang akan kita pilih. Jika ada seseorang yang mencari rizki dengan cara yang haram, hal tersebut menunjukkan bahwa imannya yang masih lemah.

Rasulullah juga mengingatkan, ”Barang siapa yang meninggalkan karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR Imam Ahmad, berkata Syekh Al-Bany sanadnya shahih).

Maka dalil-dalil ini bisa disampaikan untuk memperkuat keimanannya, untuk masalah diterima atau tidaknya bukan menjadi tanggung jawab kita, karena tugas kita adalah sekedar menyampaikan.

“Bahwasanya kewajibanmu hanyalah menyampaikan.” (Qs. Ali-Imran 20)

Sedangkan hidayah taufiq mutlah milik Allah semata.

“Tidaklah tugasmu memberi hidayah taufiq kepada mereka, tapi Allahlah yang akan memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki.” (Qs. Al-Baqarah 272)

Maka orang tersebut bisa sambil bekerja dengan pekerjaan yang ada (karena keadaan yang tidak memungkinkan untuk meninggalkan pekerjaan) sambil dengan sungguh-sungguh mencari pekerjaan yang halal.

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh dalam meniti jalan Kami, maka Kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami.” (Qs. Al-‘Ankabut 69).

Allahualmbishowab.

No comments:

Post a Comment